Kamis, 10 Desember 2009

gadis ituu....

30 Oktober 2009

Kala itu, hujan turun...
50 km dari tempatku berdiri, tampak seorang gadis terpaku di jendela. Menatap keluar, melihat hujan yang turun kala itu. Dari kejauhan, aku mampu melihat mendung di matanya, tatapannya kosong. Perlahan airmata itu mengalir, membasahi pipinya yang mungil. Aku melihat lara yang begitu mendalam di hatinya.

Gadis itu berusia 13 tahun, rangkaian waktu yang masih “dini” untuk seorang “bocah” yang sedang menapaki usia remaja. Namun, apa yang terpancar dimatanya adalah sebuah ketabahan luar biasa. Karena aku belum pernah melihat pancaran itu pada bocah seusianya.

Terdengar kabar burung dari mendung sore itu,
“Orangtua gadis itu hendak berpisah”,

Aku terkejut mendengarnya, dan hatiku tersentuh, membayangkan betapa pilu hatinya. Bocah yang harus “mengerti” keadaan “sepasang” makhluk Allah yang sedang berada di persimpangan bahteranya. Aku mencoba membayangkan “seandainya” aku di posisinya. Betapa hancur hatiku saat itu, betapa sedihnya aku. Saat cangkang yang melindungiku selama ini hendak rapuh, dan tak mampu lagi melindungiku seutuhnya.

Kenapa? Kenapa? Kenapa?
Itu yang akan selalu membayangi pikiranku, kenapa semua ini harus terjadi?
Apakah aku? Bocah yang berusia 13 tahun ini yang harus mengerti mereka? Tidakkah mereka yang sekiranya “bisa” lebih mengerti aku?

Ini awal dari kisah barunya, saat ia tak memiliki kebahagiaan seutuhnya. Saat ia harus menjadi “bocah” yang “lebih” dewasa dan lebih mengerti. Aku tahu, ini berat. Tapi, ia mencoba tegar, ia mencoba tersenyum, kala aku menatapnya. Ia tetap menampakkan “keceriaan” yang selalu ia tebarkan, saat takdir ini belum ditetapkanNya. Tanpa ada amarah, ia mencoba menceritakan apa yang ia rasakan saat itu...

“Aku gak pernah membayangkan hal ini terjadi kak, selama ini aku bahagia. Karena, ini keluraga yang hangat, dan seperti surga. Kasih sayang itu selalu mengalir setiap hari, membuatku menjadi bersemangat dan ceria dalam menjalani hariku. Tapi, ternyata di balik semua itu, mereka menyembunyikan sesuatu. Mereka selalu tertawa, padahal itu hanyalah topeng untuk menutupi masalah yang sudah menjamur” ...
Kembali isakan itu semakin keras,
“Aku ga tau, apa yang akan terjadi esok. Saat aku bangun, aku tak lagi melihat kemesraan yang selalu menyapaku. Aku tak lagi “memiliki” sepasang “superhero” yang selalu memberiku kekuatan”....
“Apa aku bisa? Apa aku sanggup? Jika aku melihat teman2ku begitu mesra dengan kedua orangtuanya?”...
“Aku masih kecil...”
“Aku ingin mereka kembali...”
“Aku ingin mereka mengerti...”

*****
Aku tak sanggup lagi mendengar isak tangisnya,
Aku memeluknya, berharap aku bisa memberinya ketenangan...
walaupun aku tahu, aku bukanlah siapa-siapa, aku ga bisa melunturkan “lara” yang begitu mendalam di hatinya,

Aku merenung,

“Ya, kehidupan tak ada yang abadi. Selagi “mereka”, primadona dan malaikat dunia kita masih utuh, masih bersanding dalam bahtera yang sama, sejak awal dibangun. Ayo, hiasilah bahtera itu, agar kita bisa terus menikmati apa itu kebahagiaan”...

“Mereka adalah lahan dari segala lahan motivasi di dunia. Mereka adalah pilar yang kuat, saat kita rapuh dalam menghadapi masalah. Mereka adalah mata air yang menyejukkan, saat kita kering akan kasih sayang. Mereka, tak pernah lelah, dari doanya, kita dapat berdiri sampai saat ini. ..”

I luv u mom...
Person, who make me strong every day...

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda